Apa itu limbah abu terbang batubara?
Abu terbang batubara merupakan limbah yang dihasilkan dari operasi pabrik boiler batubara yang digunakan sebagai mesin pembangkit listrik dan energi perusahaan. Umumnya limbah ini terdiri dari dua jenis abu yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dua jenis limbah yang dihasilkan yaitu jenis fly ash dan bottom ash.
Pengolahan batubara yang dilakukan pada pabrik boiler menghasilkan total 25% bottom ash dan 75% fly ash. Fly ash memiliki bentuk bubuk yang sangat halus yang merupakan material dengan sifat pozzolanik yang baik. Sementara bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar serta lebih kasar dari fly ash, sehingga bottom ash jatuh ke dasar tungku pembakaran. Penampilan fisik bottom ash mirip dengan pasir sungai alami, dan gradasinya bervariasi seperti pasir halus dan pasir kasar.
Fly Ash
Jenis abu fly ash dikategorikan dalam 3 kelas, antara lain:
1. Kelas N, ialah fly Ash hasil kalsinasi dari pozzolan alam misalnya tanah diatomite, shole, tuft, dan batu apung.
2. Kelas F, ialah fly ash yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis antrasit pada suhu kurang lebih 15600C
3. Kelas C, ialah fly ash hasil pembakaran lignit/batu bara dengan kadar karbon sekitar 60%. Fly ash jenis ini mempunyai sifat seperti semen dengan kadar kapur diatas 10%.
Baik fly ash kelas F maupun kelas C mempunyai karakteristik yang hampir sama. Yang membedakan keduanya hanyalah komposisi kimia yang terkandung di dalamnya.
Fly ash kelas F biasanya berasal dari hasil pembakaran bitumen batu bara, mempunyai total kandungan silica (SiO2), Alumina (AL2O3) dan ferum oksida (Fe2O3) minimum 70% dari berat total campuran dan kandungan kalsium oksida (CaO) yang rendah, yaitu kurang dari 10%. Walaupun jenis ini mempunyai bahan mineral kristalin yang tidak reaktif, fly ash kelas F ini masih memiliki sifat pozzolan. Fly ash kelas F juga memiliki tingkat penambahan panas yang lambat dibandingkan dengan fly ash kelas C.
Fly ash kelas C yang berasal dari pembakaran lignite atau batu bara subbituminious yang memiliki senyawa kimia SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%. Kelas C ini bersifat pozzolan dan cementitious. Fly ash kelas C memiliki kadar kalsium lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan awal yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas F.
Kemudian yang terakhir, untuk fly ash kelas N berasal dari pozzolan yang bersifat alami berasal dari sedimentasi dari abu lava gunung berapi yang mengandung senyawa silika aktif atau silika alumina yang jika dicampur dengan air maka pozzolan tersebut akan membentuk kalsium hidroksida.
Bottom ash
Sama halnya dengan fly ash merupakan hasil sisa pembakaran batu bara di boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ukuran bottom ash lebih besar dan kasar dibanding dengan fly ash. Penampilan fisik bottom ash mirip dengan pasir sungai alami, dan gradasinya bervariasi seperti pasir halus dan pasir kasar. Ukuran butiran bottom ash membuat para peneliti tertarik untuk menggunakannya sebagai bahan pengganti dalam produksi beton.
Fly ash dan bottom ash dapat dimanfaatkan menjadi barang bernilai, contohnya seperti menjadi bahan campuran beton atau batako sebagai bahan pengganti pasir yang memiliki keunggulan dalam menghasilkan beton dengan kekuatan tekan dan ketahanan abrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran tanpa fly ash. Hal ini berkaitan erat dengan kuat tekan beton dimana semakin tinggi kuat tekan maka semakin tinggi pula ketahanan abrasinya. Selain itu limbah ini juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan untuk stabilisasi tanah dan campuran pupuk tanaman.
Proses pemanfaatan limbah Fly ash dan bottom ash sendiri dapat dilakukan sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengkategorikan limbah abu terbang batubara menjadi Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun.
© 2023 Sanditia. All Rights Reserved